SISTEM PEMERINTAHAN ORDE BARU
Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana seluruh
keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara, yaitu Presiden
Soekarno. Sistem Pemerintahan Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh
Presiden Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November
1956.
Pada masa demokrasi terpimpin ini terjadi berbagai penyimpangan yang
menimbulkan beberapa peristiwa besar di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi pada masa Demokrasi terpimpin yaitu:
- Pancasila diidentikkan dengan NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis)
- Produk hukum yang setingkat dengan undang-undang (UU) ditetapkan dalam bentuk penetapan presiden (penpres) daripada persetujuan
- MPRS mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup
- Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955
- Presiden menyatakan perang dengan Malasya
- Presiden menyatakan Indonesia keluar dari PBB
- Hak Budget tidak jalaN
Pada masa ini terjadi persaingan antara Angkatan Darat,
Presiden, dan PKI. Persaingan ini mencapai klimaks dengan terjadinya perisiwa Gerakan 30 September 1965
yang dilakukan oleh PKI. Adapun dampak dari peristiwa G 30 S adalah :
- Demostrasi menentang PKI
- Mayjen Soeharto menjadi Panglima AD
- Keadaan ekonomi yang buruk
- Kabinet seratus menteri
- Munculnya TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat)
- Tritura adalah singkatan dari tri tunturan rakyat atau tiga tuntutan rakyat yang dicetuskan dan diserukan oleh para mahasiswa KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dengan didukung oleh ABRI pada tahun 1965.
Tuntutan ini ditujukan kepada Pemerintah. Isi TRITURA
yaitu:
- Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya.
- Pembersihan kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI.
- Penurunan harga barang-barang.
Peralihan Kekuasaan politik dari Orde lama ke Orde Baru
Terjadinya peristiwa G 30 S PKI
sangat berpengaruh terhadap proses peralihan pemerintahan dari Orde Lama
ke Orde baru. Berikut proses peralihan pemerintahan dari Orde Lama ke Orde
baru:
Tanggal 16 Oktober 1966 Mayjen
Soeharto telah dilantik menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat dan dinaikkan
pangkatnya menjadi Letnan Jenderal.
Keberanian KAMI dan KAPPI yang
memberikan kesempatan bagi Mayjen Soeharto untuk menawarkan jasa baik demi
pulihnya kemacetan roda pemerintahan dapat diakhiri. Untuk itu ia mengutus tiga
Jenderal yaitu M.Yusuf, Amir macmud dan Basuki Rahmat oleh Soeharto untuk
menemui presiden guna menyampaikan tawaran itu pada tanggal 11 Maret 1966.
Sebagai hasilnya lahirlah surat perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR).
SUPERSEMAR atau Surat Perintah
Sebelas Maret adalah surat perintah yang ditandatangani Presiden Soekarno pada
11 Maret 1966. Isinya berupa instruksi Presiden Soekarno kepada Letjen
Soeharto, selaku Menteri Panglima Angkatan Darat, untuk mengambil segala
tindakan yang dianggap perlu untuk mengawal jalannya pemerintahan pada saat
itu. Sampai saat ini belum ada yang tahu secara pasti isi supersemar.
- Pada tanggal 7 februari 1967, jenderal Soeharto menerima surat rahasia dari Presiden melalui perantara Hardi S.H. Pada surat tersebut di lampiri sebuah konsep surat penugasan mengenai pimpinan pemerintahan sehari-hari kepada pemegang Supersemar.
- Pada 11 Februari 1967 Jend. Soharto mengajukan konsep yang bisa digunakan untuk mempermudah penyelesaian konflik. Konsep ini berisi tentang pernyataan presiden berhalangan atau presiden menyerahkan kekuasaan pemerintah kepada pemegang Supersemar sesuai dengan ketetapan MPRS No.XV/MPRS/1966, presiden kemudian meminta waktu untuk mempelajarinya.
- Pada tanggal 12 Februari 1967, Jend.Soeharto kemudian bertemu kembali dengan presiden, presiden tidak dapat menerima konsep tersebut karena tidak menyetujui pernyataan yang isinya berhalangan.
- Pada tanggal 20 Februari 1967 ditandatangani konsep ini oleh presiden setelah diadakan sedikit perubahan yakni pada pasal 3 di tambah dengan kata-kata menjaga dan menegakkan revolusi.
- Pada tanggal 23 Februari 1967, pukul 19.30 bertempat di Istana Negara presiden /Mendataris MPRS/ Panglima tertinggi ABRI dengan resmi telah menyerahkan kekuasaan pemerintah kepada pengemban Supersemar yaitu Jend.Soeharto.
- Pada bulan Maret 1967, MPRS mengadakan sidang istimewa dalam rangka mengukuhkan pengunduran diri Presiden Soekarno sekaligus mengangkat Jenderal Soeharto sebagai pejabat presiden RI.
- Setelah turunnya Presiden Soekarno dari kursi kepresidenan maka berakhirlah orde lama. Kepemimpinan disahkan kepada Jendral Soeharto yang menanamkan era kepemimpinanya sebagai orde baru.
Pemerintahan
Orde Baru
|
Sejarah lahirnya orde baru merupakan sebuah kebangkitan bangsa Indonesia. Orde
baru merupakan peralihan dari orde baru ke orde lama, didalam peralihan
tersebut banyak yang melatar belakangi lahirnya baru, didalam lahirnya orde
terdapat berbagai rancangan-rancangan pembangunan dalam perkembangan orde baru
serta kebijakan-kebijakan dalam orde baru dimana semua hal tersebut telah
menjadi sejarah kebangkitan bangsa indonesia, Orde baru merupakan masa untuk
mengembalikan Pancasila dan UUD sebagai tatanan bangsa Indonesia, Untuk
mengetahui lebih jelas, Marilah kita kilas balik tentang Sejarah lahirnya orde
baru dengan melihat 3 point yaitu : Latar belakang lahirnya orde baru,
Perkembangan orde baru dan Kebijakan orde baru. yaitu sebagai berikut :
Sejarah : Sejarah Orde Baru
1. Latar
Belakang Lahirnya Ord Baru
( Presiden Soeharto)
|
Setelah G3OS / PKI berhasil ditumpas
dan berbagai bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan Menujukan kepada
Partai Komunis Indonesia (PKI ), Akhirnya diambil sebuah kesimpulan bahwa
Partai Komunis Indonesia (PKI) melupakan dalang dari gerakan ini, Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang melatar belakangi terjadi peristiwa G30S/PKI. Gerakan ini
pun menyebabkan rakyat marah terhadap PKI yang diikuti dengan berbagai
demonstrasi menuntut pembubaran PKI beserta organisasi massanya (ormasnya) dan
tokoh-tokohnya diberikan sebuah sanksi dengan diadili. Panglima Kostrad /
Pangkopkamtib Mayor Jenderal Soeharto yang diangkat sebagai Menteri! Panglima
Angkatan Darat melakukan tindakan-tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur PKI
dan ormasnya
Latar belakang lahirnya Orde baru juga dipelopori Masyarakat
luas yang terdiri dari berbagai unsur seperti
Dukungan dari berbagai Kalangan Seperti :
a. Berbagai Partai politik,
b. Berbagai Organisasi massa
c. Perorangan,
d. Berbagai Pemuda,
e. Berbagai mahasiswa,
f. Berbagai pelajar,
g. Berbagai kaum wanita
Dukungan dari berbagai Kalangan Seperti :
a. Berbagai Partai politik,
b. Berbagai Organisasi massa
c. Perorangan,
d. Berbagai Pemuda,
e. Berbagai mahasiswa,
f. Berbagai pelajar,
g. Berbagai kaum wanita
Berbagai kalangan-kalangan ini
bersama-sama mendirikan satu kesatuan aksi dalam bentuk Front Pancasila untuk
menghancurkan para pendukung G3OS/PKI Front Pancasila menduga bahwa PKI
adalah dalang dari semua ini dan Front Pancasila juga menuntut untuk
dilakukannya penyelesaian politis terhadap mereka yang terlibat dalam gerakan
itu. Berbagai Aksi yang datang yang menjadi Satu bertujuan menentang G30S/PKI
atau Gerakan 30 September 1965 itu di antaranya Kesatuan
1. Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI),
2. Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),
3. Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).
4. Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI) dan lain-lain.
2. Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),
3. Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).
4. Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI) dan lain-lain.
Berbagai kalangan yang
menjadi sebuah kesatuan yang tergabung dalam Fron Pancasila kemudian lebih
dikenal dengan sebutan Angkatan 66. Mereka yang tergabung dalam Front Pancasila mengadakan demonstrasi di berbagai tempat terutama di Jalan
yaitu jalan raya.Front Pancasila atau Anggaktan 66 melanjutkan aksinya diGedung
Sekretariat Negara Pada Tanggal 8 Januari 1966 dengan mengajukan penyataan
bahwa kebijakan ekonomi pemeritahan tidak boleh di dilaksanakan atau dibenarkan
Lalu Pergerakan Front Pancasila Berlanjut ke Halaman Gedung DPR-GR yakni 12
Januri 1966 untuk mengajukan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang isinya sebagai
berikut.
Isi Tri Tuntutan Rakyat
(Tritura)
1. Pembubaran PKI beserta organisasi
massanya
2. Pembersihan Kabinet Dwikora
3. Penurunan harga-harga barang.
(Surat
perintah 11 Maret 1966 Supersemar)
|
Pada tanggal 15 Januari 1966
diadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora dalam sebuah tempat di bogor tepatnya
di istana Bogor yang di hadiri oleh wakil-wakil mahasiswa. Presiden Republik
Indonesia yaitu Presiden Ir.Soekarno berfikiran timbulnya berbagai gerakan para
mahasiswa itu didalangi oleh CIA (Central Intelligence Agency) yang lembaga ini
bertempat di negara Amerika tepatnya Amrika serikat. Presiden Republik
indonesia Ir. Soekarno menyatakan perombakan kabinetnya yakni pada tanggal 21
Februari tetapi itu tak ada perubahan yang membuat hati rakyat senang
dikarenakan masih banyak anggota kabinetnya berada dalam G30S/PKI, Kabinet baru
tersebut atau dikenal dengan sebutan Seratus Menteri.
Pada saat pelantikan Kabinet
berbagai kalangan hadir seperti mahasiswa, pelajar, dan pemuda mengisi jalan
yang tujuan jalan tersebut menuju ke Istana Merdeka, Aksi tersebut terjadi Pada
tanggal 24 Februani 1966, Gerakan-Gerakan Berbagai kalangan ditahan Pasukan
yaitu Pasukan Cakrabirawa yang menyebabakan timbulanya bentrokan dari kedua
belah pihak yakni Pasukan Cakrabirawa dengan Demonstran, dalam peristiwa itu
merenggut nyawa seorang mahasiswa yang bernaung di Universitas Indonesia yakni
Arief Rahman yang gugur dalam bentrokan tersebut.
2. Perkembangan Kekuasaan Orde Baru
(Proses
Penyerahan Surat perintah 11
maret 1966 kepada Mayor jendral soeharto) |
Proses Lahirnya Orde baru, Sejarah lahirnya orde baru (Surat perintah 11 Maret 1966
Supersemar Dengan Surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) Soeharto mengatasi
keadaan yang serba tidak menentu dan keadaan ini sangat tak terkendali. Setelah
peristiwa G3OS/ PKI, negara Republik Indonesia dilanda instabilitas politik
akibat tidak tegasnya keputusan keputusan yang diambil dalam perstiwa itu oleh
dalam Kepemimpinan Presiden Soekarno dan terpecah belahnya berbagai partai
politik menjadi sebuah kelompok-kelompok yang saling bersiteru antara Pro
terhadap presiden dan kontra terhadap kebijakan presiden atau yang mendukung
presiden dan yang menentang presiden, situasi ini semkian membahayakan
persatuan bangsa indonesia. Melihat situasi konflik antara pendukung Orde Lama
dengan Orde Baru semakin bertambah gawat DPR-GR berpendapat bahwa situasi
konflik harus segera diselesaikan secara konstisional. Pada tanggal 3 Februari
1967 DPR- GR menyampaikan resolusi dan memorandum yang berisi anjuran kepada
Ketua Presidium Kabinet Ampera agar diselenggarakan Sidang Istimewa
MPRS. Pada tanggal 20 Februari 1967, Presiden
Soekarno menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto untuk menggantikan dalam
Pemerintahannya. Penyerahan kekuasaan dan Presiden Soekarno kepada Soeharto
dikukuhkan di dalam Sidang Istimewa MPRS. MPRS dalam Ketetapannya No.
XXXIIIIMPRS/1967 mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan Presiden Soekarno
dan mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia.
Dengan adanya Ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang merupakan sumber instabilitas
politik telah berakhir secara konstitusional Sekalipun situasi konflik itu
dapat tanggulangi tetapi kristalisasi orde baru belum selesai . Untuk
menjadikan indonesia kembali normal dilakukan berbagai cara yang baik dan wajar
sehingga mampu mempercepat dan mendorong pembangunan, hal ini yang pertama kali
dilakukan dalam bidang politik untuk berlandaskan Pancasila UUD
1945. Telah bergantinya kekuasaan atau kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto
Sebagai pemegang kekuasaan dalam Pemerintahan indonesia itu maka muncullah
babak baru dalam sejarah orde baru. Pada hakikatnya , Orde Baru merupakan
tatanan dalam kehidupan rakyat indonesia ,bangsa dan negara yang diletakkan
sebagai mana mestinya dalam edeologi negara yaitu Pancasila dan kembali menyacu
kepada UUD 1945 untuk perbaikan-perbaikan terhadap penyelewengan-penyelewengan
yang telah terjadi pada masa lampau dan membangun kembali kekuatan bangsa
indonesia dengan menumbuhkan kembali, mempercepat pembangunan-pembangunan
bangsa indonesia, serta mengembalikan bangsa indonesia ke jalan yang lurus yang
terselewengkan dengan tuntunan yang dikenal sebagai Tri Tuntutan rakyat
(Tritura). Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Pada hakikatnya tuntutan
itu mengungkapkan Keinginan keinginan rakyat yang mendalam untuk melaksanakan
kehidupan bernegara sesuai dengan aspirasi kehidupan dalam situasi yang
kongkret.
Jawaban dan tuntutan itu terdapat
dalam ketetapan sebagai berikut.
1. Pengukuhan tindakan Pengemban
Surat Perintah Sebelas Maret yang membubarkan PKI beserta organisasi massanya
pada sidang MPRS dengan Ketetapan MPRS No. IV/MPRS/ 1966 dan Ketetapan MPRS No.
IX/MPRS/1966.
2. Pelarangan faham dan ajaran
Komunisme / Marxisme-Lenimisme di Indonesia dengan Tap MPRS No. XXV / MPRS
/1966.
3. Pelurusan kembali tertib
konstitusional berdasarkan Pancasila dan tertib hukum dengan Tap MPRS No.
XX!MPRS/1966
Usaha penataan kembali kehidupan
politik ini dimulai pada awal tahun 1968 dengan penyegaran DPR-GR. Penyegaran
ini bertujuan untuk menumbuhkan hak-hak demokrasi dan mencerminkan kekuatan –
kekuatan yang ada di dalam masyarakat. Komposisi anggota DPR terdiri dan
wakil-wakil partai politik dan golongan karya. Tahap selanjutnya adalah
penyederhanaan kehidupan kepartaian kehormatan dan kekaryaan dengan cara
Pengelompokkan partai-partai politik dan golongan karya. Usaha ini dimulai
tahun 1970 dengan mengadakan serangkaian konsultasi dengan pimpinan
Partai-partai politik.
Lahirlah tiga kelompok di DPR
1. Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dan partai-partai PNI, Parkindo, Katolik IPKI, serta Murba.
2. Kelompok Persatuan Pembangunan
yang terdiri dan partai-partai NU, Partai Muslimin Indonesia, Ps11 dan Perti.
3. Sedangkan kelompok organisasi profesi seperti organisasi buruh, organisasi pemudaorganisasitani dan nelayan organisasi seniman dan lain-lain tergabung dalam kelompok Golongan Karya.
3. Sedangkan kelompok organisasi profesi seperti organisasi buruh, organisasi pemudaorganisasitani dan nelayan organisasi seniman dan lain-lain tergabung dalam kelompok Golongan Karya.
3.Kebijakan Pemerintah Orde Baru
Setelah berhasil memulihkan kondisi
politik bangsa Indonesia yang kini mengambil langkah selanjutnya yang
dilaksanakan dalam Pembangunan-Pembangunan diseluruh kawasan Republik Indonesia
yang atau dapat dikatakan berskala Nasional. Dalam Pembangunan berskala
Nasional yang diharuskan terealisasi pada zaman orde baru melalui Pembangunan
Dalam waktu yang lama atau panjang dan pembangunan yang singkat atau dalam
jangka pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap pelita
memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan bangsa
Indonesia. Untuk memberikan arah dalam usaha mewujudkan tujuan nasional
tersebut maka MPR telah menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak
tahun 1973. Pada dasarnya GBHN merupakan pola umum pembangunan nasional dengan
rangkaian berbagai program. GBHN direncanakan dalam pembangunan lima tahun
(Repelita) yang berisi program-program konkret yang akan dilaksanakan dalam
kurun waktu lima tahun. Pelaksanaan Repelita yang bertujuan untuk Pembangunan
yang berskala nasional atau diseluruh wilayah Republik indonesia yang dimulai
sejak tahun 1969. Pembangunan tersebut tidak lepas dalam Trilogi Pembangunan, berikut
Trilogi pembangunan.
Trilogi Pembangunan
A.Pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya yang menuju pada
B.terciptanya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat.
C. Pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi.
D.Stabilitas Nasional yang
sehat dan dinamis.
Selain itu dikumandangkan juga bahwa
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebagai akibat pelaksanaan pembangunan
tidak akan bermakna apabila tidak diiringi dalam memeratakan pembangunan di
indonesia, Oleh karna itu dicetuskanlah Pelita III yang isinya sebagai
berikut.
Pelita III dalam pemerintahan
Orde baru terdiri atas Delapan Jalur Pemerataan yaitu:
a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan
utama rakyat yakni kebutuhan pangan, sandang dan kebutuhan tempat tinggal atau
perumahan
b. Pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan dan pelayanan kesehatan.
c. Pemerataan pembagian pendapatan.
d. Pemerataan kesempatan kerja.
e. Pemerataan kesempatan berusaha.
f. Pemerataan kesempatan
berpartisipasi dibidang pembangunan terhadap generasi-generasi bangsa yakni
generasi muda dan generasi kaum wanita.
g. Pemerataan penyebaran pembangunan
di seluruh wilayah tanah air.
h. Pemerataan kesempatan memperoleh
keadilan.
4.Peristiwa-Peristiwa Politik
Penting Pada Masa Orde Baru
a. Mengakhiri Konfrontasi dengan
Malaysia
Pada masa pemerintahan Presiden
Soekarno, dibentuk Dwikora (Dwi Komando Rakyat) dengan alasan untuk membantu
perjuangan rakyat Kalimantan Utara. Dwikora langsung berada di bawah komando
Presiden Soekarno. Dwikora mempunyai tugas membantu rakyat serta memerangi neokolonialisme
dan neoimperialisme. Namun, gerakan itu belum berhasil terlaksana, karena
bangsa Indonesia dikejutkan dengan meletusnya peristiwa G3OS/PKI. Peristiwa
G3OS/PKI menyebabkan pusat perhatian pemerintah Indonesia tertuju pada
penyelesaian masalah dalam negeri.Ketika pemerintahan Indonesia berada di
tangan Jenderal Soeharto, zaman sejak itu dimulai masa pemerintahan Orde Baru.
Pada masa pemerintahan Soeharto sebagai Pejabat Presiden hubungan diplomatik
dengan Malaysia melalui kembali dijalin. Normalisasi hubungan
Indonesia—Malaysia berhasil dicapai guna dengan ditandatanganinya Jakarta
tanggal 11 Agustus 1966. Hal ini dilanjutkan dengan penempatan perwakilan
pemerintahan di masing-masing negara.
b. Kembalinya menjadi anggota PBB
selama masa kekuasaan Presiden
Soekarno, Indonesia menyatakan keluar dari keanggotanan Perserikatan
bangsa-bangsa akibat dari terpilihnya Malaysia sebagai calon kuat Dewan
Keamanan PBB padahal Malaysia merupakan negara boneka Inggris. Maka dengan itu
Indonesia mengancam akan keluar jika PBB tetap mencalonkan Malaysia menjadi
anggota dewan Keamanan. Setelah masa pemerintahan berada dibawah kendali
pemerintahan Soeharto, Indonesia menyatakan kembali menjadi anggota PBB dan
melaksanakan tugas serta kewajiban yang diberikan oleh PBB yaitu pada tanggal
28 september 1966.
c. Pendirian ASEAN
Negara Indonesia perlu menjalin
hubungan kerja sama dengan negara lain secara regional maupun global dengan
melalu Organisasi ASEAN. Tujuan awalnya didirikan ASEAN adalah untuk membendung
paham komunis. Dan hubungan kerja sama yang dijalin antar negara anggota ASEAN
yang hampir merambah sektor ekonomi, politik, sosial dan budaya.
d. Integrasi Timor Timur ke dalam
wilayah Republik Indonesia
Wilayah timor timur merupakan koloni
portugas sejak abad ke 16 namun demikian jaraknya yang cukup jauh maka wilayah
Timor Timur tidak diperhatikan oleh pemerintahan portugis . dan pada
tahun 1975 terjadi kekacauan dimana tidak jelasnya pemerintahan untuk meredakan
kekacauan yang terjadi di Tmor timur sebagaian masyakarat timor-timur
menginginkan bergabung dengan idneonsia dan para partai politik di
Timor-timur oleh karnanya itu Timor-timor secara resmi bergabung di republic
indonesia pada bulan juli 1976 pada masa pemerintahan presiden soeharto Namun
demikian ada juga partai politik yang tidak setuju yaitu fretilin yang terus
memperjuangkan hak-haknya. Dan ketika presiden habibie menjabat sebagai
presiden RI 1999, ia mreasa bahwa Timor-timur merupakan duri dalam daging yang
memberikan 2 pilihan yaitu bersatu atau berpisah. Denga digelarnya ajak
pendapat. Dan pada akhirnya Timor-timur resmi menjadi keluar dari negara
kesatuan republic Indonesia dan membentuk sendiri dengan nama Republik
Demokrasi Timor Lorose atau Timor timur.
Lahirnya
Orde Baru
1). Terjadinya peristiwa
Gerakan 30 September 1965
2). Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana
inflasi mencapai 600%
3). Adanya TRITURA
4). Turunnya wibawa
dan kekuasaan presiden Sukarno
5). Dikeluarkannya
SUPERSEMAR
Di
masa orde baru,presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
(presidensiil) tapi masa jabatannya tidak jelas (sekali masa jabatan dan
sesudahnya dapat dipilih kembali tanpa kejelasan sampai berapa kali. Legislatif
terdiri dari fraksi partai, fraksi golongan non-partai, fraksi ABRI yang
memiliki dua fungsi yaitu selain sebagai alat negara juga memiliki fungsi
politik-representatif. Masih terdapat DPA yang bertugas memberi pertimbangan
kepada presiden tapi presiden tidak wajib mengikuti pertimbangan tersebut.
Kekuasaan tertinggi berada di tangan MPR.
Pelaksanaan
Orde Baru
1). Kekuasaan
dipegang penuh oleh Presiden
2). Awalnya kehidupan demokrasi di Indonesia
menunjukkan kemajuan.
3). Perkembangannya,
kehidupan demokrasi di Indonesia tidak berbeda dengan masa
Demokrasi Terpimpin.
4). Untuk menjalankan
Demokrasi Pancasila maka Indonesia memutuskan untuk menganut
sistem pemerintahan berdasarkan Trias
Politika,tetapi itupun tidak diperhatikan atau
diabaikan.
Lembaran Kelam Orde Baru
1). Diskriminasi
non-pribumi ditambah adanya penganiayaan
2). Pengadilan dan
penghukuman oknum-oknum G30S/PKI yang tidak relevan
3). Terjadinya tragedi-tragedi dan kerusuhan
berdarah di tahun 1998
4). Separatisme mulai
berkembang di Papua dan Aceh
5). Budaya bapakisme sangat
berkembang
Kekurangan
dan Kelebihan Sistem Pemerintahan Orde Baru
Kekurangan Orde Baru
1). Semaraknya korupsi,
kolusi, nepotisme
2).
Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan
pembangunan
antara pusat dan daerah, sebagian
disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar
disedot ke pusat.
3). Pelanggaran HAM kepada
masyarakat non pribumi
4). Kritik dibungkam dan
oposisi diharamkan
5).
Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan,antara lain dengan program
“penembaakan misterius.”
6).
Pelaku ekonomi yang dominan
adalah lebih dari 70% aset kekayaaan Negara
7). Kecemburuan antara penduduk setempat dengan
para transmigran yang memperoleh
tunjangan pemerintah yang
cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
8). Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan
pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan
si miskin)
9. Kebebasan pers
sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibreidel
Kelebihan Orde Baru
- Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai AS$1.565
- Sukses transmigrasi
3. Sukses KB
4. Sukses memerangi
butahuruf
5. Sukses
swasembada pangan
6. Pengangguran
minimum
7. Sukses REPELITA
(Rencana Pembangunan Lima Tahun)
8. Sukses Gerakan
Wajib Belajar
9. Sukses Gerakan
Nasional Orang-Tua Asuh
10. Sukses keamanan dalam
negeri
11. Investor asing mau
menanamkan modal di Indonesia
12. Sukses menumbuhkan rasa
nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
Berakhirnya
Masa Orde Baru
Pada
pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk
lebih jelaslihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50
tahun terakhir dan hargaminyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin
jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkattajam, dan perpindahan modal dipercepat.
Para demonstran, yang awalnya dipimpin paramahasiswa, meminta pengunduran diri
Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yangmeluas, Soeharto mengundurkan
diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknyauntuk masa bakti
ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie,
untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.
Lembaran
Kelam Orde Baru
- Diskriminasi non-pribumi ditambah adanya penganiayaan
- Pengadilan dan penghukuman oknum-oknum G30S/PKI yang tidak relevan
- Terjadinya tragedi-tragedi dan kerusuhan berdarah di tahun 1998
- Separatisme mulai berkembang di Papua dan Aceh
- Budaya bapakisme sangat berkembang
Runtuhnya
Orde Baru
1. Penyebab
utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun 1997.
KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya
ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial.
Muncul demonstrasi besar-besaran yang digerakkan oleh mahasiswa dengan tuntutan
utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total.
2. Akhirnya
pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dan menyerahkan
jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai
berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi.
ORDE BARU
Orde Baru adalah sebutan bagi masa
pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama
yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat
"koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada
masa Orde Lama.Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik
Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik
kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan
1998. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan
Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia
resmi menjadi anggota PBB kembali.
Orde Baru memilih perbaikan dan
perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui
struktur administratif yang didominasi militer. Soeharto merestrukturisasi
politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada
satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan
Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto
mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.
1. Kelebihan sistem Pemerintahan
Orde Baru
- Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.565
- Sukses transmigrasi
- Sukses KB
- Sukses memerangi buta huruf
- Pengangguran minimum
- Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
- Sukses Gerakan Wajib Belajar
- Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
- Sukses keamanan dalam negeri
- Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
- Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
2. Kekurangan Sistem Pemerintahan
Orde Baru
- Maraknya korupsi, kolusi, nepotisme
- Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat
- Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
- Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
- Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa)
- Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
- Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel
- Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program "Penembakan Misterius"
- Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)
- Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia]
- Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah.
- Lebih dari 70% aset kekayaaan negara dipegang oleh swasta
Masa Reformasi 1998 – 2010
Presiden
Tahun 1998 - 2010
1.
Latar belakang jatuh/berakhirnya orde baru:
A. Krisis
politik
Pemerintah orde baru, meskipun mampu mengangkat Indonesia dari keterpurukan ekonomi dan memberikan kemajuan, gagal dalam membina kehidupan politik yang demokratis, terbuka, adil, dan jujur. Pemerintah bersikap otoriter, tertutup, dan personal. Masyarakat yang memberikan kritik sangat mudah dituduh sebagai anti-pemerintah, menghina kepala negara, anti-Pancasila, dan subversive. Akibatnya, kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis tidak pernah terwujud dan Golkar yang menjadi partai terbesar pada masa itu diperalat oleh pemerintah orde baru untuk mengamankan kehendak penguasa.
Praktik KKN merebak di tubuh pemerintahan dan tidak mampu dicegah karena banyak pejabat orba yang berada di dalamnya. Dan anggota MPR/DPR tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan benar karena keanggotaannya ditentukan dan mendapat restu dari penguasa, sehingga banyak anggota yang bersikap ABS daripada kritis.
Pemerintah orde baru, meskipun mampu mengangkat Indonesia dari keterpurukan ekonomi dan memberikan kemajuan, gagal dalam membina kehidupan politik yang demokratis, terbuka, adil, dan jujur. Pemerintah bersikap otoriter, tertutup, dan personal. Masyarakat yang memberikan kritik sangat mudah dituduh sebagai anti-pemerintah, menghina kepala negara, anti-Pancasila, dan subversive. Akibatnya, kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis tidak pernah terwujud dan Golkar yang menjadi partai terbesar pada masa itu diperalat oleh pemerintah orde baru untuk mengamankan kehendak penguasa.
Praktik KKN merebak di tubuh pemerintahan dan tidak mampu dicegah karena banyak pejabat orba yang berada di dalamnya. Dan anggota MPR/DPR tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan benar karena keanggotaannya ditentukan dan mendapat restu dari penguasa, sehingga banyak anggota yang bersikap ABS daripada kritis.
Sikap yang otoriter, tertutup, tidak
demokratis, serta merebaknya KKN menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat.
Gejala ini terlihat pada pemilu 1992 ketika suara Golkar berkurang cukup
banyak. Sejak 1996, ketidakpuasan masyarakat terhadap orba mulai terbuka.
Muncul tokoh vokal Amien Rais serta munculnya gerakan mahasiswa semakin
memperbesar keberanian masyarakat untuk melakukan kritik terhadap pemerintahan
orba.
Masalah dwifungsi ABRI, KKN, praktik monopoli
serta 5 paket UU politik adalah masalah yang menjadi sorotan tajam para
mahasiswa pada saat itu. Apalagi setelah Soeharto terpilih lagi sebagai
Presiden RI 1998-2003, suara menentangnya makin meluas dimana-mana.
Puncak perjuangan para mahasiswa terjadi ketika berhasil menduduki gedung MPR/DPR pada bulan Mei 1998. Karena tekanan yang luar biasa dari para mahasiswa, tanggal 21 Mei 1998 Presiden menyatakan berhenti dan diganti oleh wakilnya BJ Habibie.
Puncak perjuangan para mahasiswa terjadi ketika berhasil menduduki gedung MPR/DPR pada bulan Mei 1998. Karena tekanan yang luar biasa dari para mahasiswa, tanggal 21 Mei 1998 Presiden menyatakan berhenti dan diganti oleh wakilnya BJ Habibie.
B. Krisis
ekonomi
Krisis moneter yang menimpa dunia dan Asia Tenggara telah merembet ke Indonesia, sejak Juli 1997, Indonesia mulai terkena krisis tersebut. Nilai rupiah terhadap dollar Amerika terus menurun. Akibat krisis tersebut, banyak perusahaan ditutup, sehingga banyak pengangguran dimana-mana, jumlah kemiskinan bertambah. Selain itu, daya beli menjadi rendah dan sulit mencari bahan-bahan kebutuhan pokok.
Krisis moneter yang menimpa dunia dan Asia Tenggara telah merembet ke Indonesia, sejak Juli 1997, Indonesia mulai terkena krisis tersebut. Nilai rupiah terhadap dollar Amerika terus menurun. Akibat krisis tersebut, banyak perusahaan ditutup, sehingga banyak pengangguran dimana-mana, jumlah kemiskinan bertambah. Selain itu, daya beli menjadi rendah dan sulit mencari bahan-bahan kebutuhan pokok.
Sejalan
dengan itu, pemerintah melikuidasi bank-bank yang bermasalah serta mengeluarkan
KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) untuk menyehatkan bank-bank yang ada di
bawah pembinaan BPPN. Dalam praktiknya, terjadi manipulasi besar-besaran dalam
KLBI sehingga pemerintah harus menanggung beban keuangan yang semakin besar.
Selain itu, kepercayaan dunia internasional semakin berkurang sejalan dengan
banyaknya perusahaan swasta yang tak mampu membayar utang luar negeri yang
telah jatuh tempo. Untuk mengatasinya, pemerintah membentuk tim ekonomi untuk membicarakan
utang-utang swasta yang telah jatuh tempo. Sementara itu, beban kehidupan
masyarakat makin berat ketika pemerintah tanggal 12 Mei 1998 mengumumkan
kenaikan BBM dan ongkos angkutan. Dengan itu, barang kebutuhan ikut naik dan
masyarakat semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup.
C. Krisis
sosial
Krisis politik dan ekonomi mendorong munculnya krisis dalam bidang sosial. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta krisis ekonomi yang ada mendorong munculnya perilaku yang negatif dalam masyarakat. Misalnya: perkelahian antara pelajar, budaya menghujat, narkoba, kerusuhan sosial di Kalimantan Barat, pembantaian dengan isu dukun santet di Banyuwangi dan Boyolali serta kerusuhan 13-14 Mei 1998 yang terjadi di Jakarta dan Solo.
Akibat kerusuhan di Jakarta dan Solo tanggal 13, 14, dan 15 Mei 1998, perekonomian kedua kota tersebut lumpuh untuk beberapa waktu karena banyak swalayan, pertokoan, pabrik dibakar, dirusak dan dijarah massa. Hal tersebut menyebabkan angka pengangguran membengkak.
Beban masyarakat semakin berat serta tidak ada kepastian tentang kapan berakhirnya krisis tersebut sehingga menyebabkan masyarakat frustasi. Kondisi tersebut membahayakan karena mudah diadu domba, mudah marah, dan mudah dihasut untuk melakukan tindakan anarkis.
Krisis politik dan ekonomi mendorong munculnya krisis dalam bidang sosial. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta krisis ekonomi yang ada mendorong munculnya perilaku yang negatif dalam masyarakat. Misalnya: perkelahian antara pelajar, budaya menghujat, narkoba, kerusuhan sosial di Kalimantan Barat, pembantaian dengan isu dukun santet di Banyuwangi dan Boyolali serta kerusuhan 13-14 Mei 1998 yang terjadi di Jakarta dan Solo.
Akibat kerusuhan di Jakarta dan Solo tanggal 13, 14, dan 15 Mei 1998, perekonomian kedua kota tersebut lumpuh untuk beberapa waktu karena banyak swalayan, pertokoan, pabrik dibakar, dirusak dan dijarah massa. Hal tersebut menyebabkan angka pengangguran membengkak.
Beban masyarakat semakin berat serta tidak ada kepastian tentang kapan berakhirnya krisis tersebut sehingga menyebabkan masyarakat frustasi. Kondisi tersebut membahayakan karena mudah diadu domba, mudah marah, dan mudah dihasut untuk melakukan tindakan anarkis.
2. Latar belakang munculnya reformasi:
A. Bidang politik
Munculnya reformasi di bidang politik disebabkan oleh adanya KKN, ketidakadilan dalam bidang hukum, pemerintahan orde baru yang otoriter (tidak demokratis) dan tertutup, besarnya peranan militer dalam orde baru, adanya 5 paket UU serta munculnya demo mahasiswa yang menginginkan pembaharuan di segala bidang.
Munculnya reformasi di bidang politik disebabkan oleh adanya KKN, ketidakadilan dalam bidang hukum, pemerintahan orde baru yang otoriter (tidak demokratis) dan tertutup, besarnya peranan militer dalam orde baru, adanya 5 paket UU serta munculnya demo mahasiswa yang menginginkan pembaharuan di segala bidang.
B. Bidang ekonomi
Munculnya reformasi di bidang ekonomi disebabkan oleh adanya sistem monopoli di bidang perdagangan, jasa, dan usaha. Pada masa orde baru, orang-orang yang dekat dengan pemerintah akan mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan, bahkan mampu berbuat apa saja demi keberhasilan usahanya.
Selain itu juga disebabkan oleh krisis moneter. Krisis tersebut membawa dampak yang luas bagi kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehingga terjadi PHK dimana-mana dan menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan dimana-mana dan krisis perbankan.
Hal-hal tersebut membuat perlu dilakukannya tindakan-tindakan yang cepat dan tepat untuk mengatasinya.
Munculnya reformasi di bidang ekonomi disebabkan oleh adanya sistem monopoli di bidang perdagangan, jasa, dan usaha. Pada masa orde baru, orang-orang yang dekat dengan pemerintah akan mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan, bahkan mampu berbuat apa saja demi keberhasilan usahanya.
Selain itu juga disebabkan oleh krisis moneter. Krisis tersebut membawa dampak yang luas bagi kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehingga terjadi PHK dimana-mana dan menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan dimana-mana dan krisis perbankan.
Hal-hal tersebut membuat perlu dilakukannya tindakan-tindakan yang cepat dan tepat untuk mengatasinya.
C. Bidang sosial
Krisis ekonomi dan politik pada masa pemerintahan orde baru berdampak pada kehidupan sosial di Indonesia. Muncul peristiwa pembunuhan dukun santet di Situbondo, perang saudara di Ambon, peristiwa Sampit, beredar luasnya narkoba, meningkatnya kejahatan, pembunuhan, pelacuran. Hal tersebut membuat diperlukannya tindakan yang cepat dan tepat.
Krisis ekonomi dan politik pada masa pemerintahan orde baru berdampak pada kehidupan sosial di Indonesia. Muncul peristiwa pembunuhan dukun santet di Situbondo, perang saudara di Ambon, peristiwa Sampit, beredar luasnya narkoba, meningkatnya kejahatan, pembunuhan, pelacuran. Hal tersebut membuat diperlukannya tindakan yang cepat dan tepat.
3. Pengertian Reformasi
Reformasi
merupakan suatu perubahan yang bertujuan untuk memperbaiki
kerusakan-kerusakan yang diwariskan oleh Orde Baru atau merombak segala tatanan
politi, ekonomi, social dan budaya yang berbau Orde baru. Atau membangun
kembali, menyusun kembali.
4.
Sistematika Pelaksanaan UU 1945 pada Masa Orde Reformasi
Pada masa
orde Reformasi demokrasi yang dikembangkan pada dasarnya adalah demokrasi
dengan berdasarkan kepada Pancasila dan UUD 1945. Pelaksanaan demokrasi
Pancasila pada masa Orde Reformasi dilandasi semangat Reformasi, dimana paham
demokrasi berdasar atas kerkyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dilaksanakan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, selalu memelihara
persatuan Indonesia dan untuk mewujudkan suatu keadilan sosila bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pelaksanaan demokasi Pancasila pada masa Reformasi telah
banya member ruang gerak kepada parpol dan komponen bangsa lainnya termasuk
lembaga permusyawaratan rakyat dan perwakilan rakyat mengawasi dan mengontrol
pemerintah secara kritis sehingga dua kepala negara tidak dapat melaksanakan
tugasnya sampai akhir masa jabatannya selama 5 tahun karena dianggap menyimpang
dari garis Reformasi.
Ciri-ciri umum demokrasi Pancasila
Pada Masa Orde Reformasi:
- mengutamakan musyawarah mufakat
- Mengutamakan kepentingan masyarakat , bangsa dan negara
- Tidak memaksakan kehendak pada orang lain
- Selalu diliputi oleh semangat kekeluargaan
- Adanya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan keputusan hasil musyawarah
- Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati yang luhur
- Keputusan dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Than Yang Maha Esa, berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan
- Penegakan kedaulatan rakyar dengan memperdayakan pengawasan sebagai lembaga negara, lembaga politik dan lembaga swadaya masyarakat
- Pembagian secara tegas wewenang kekuasaan lembaga Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.
- Penghormatan kepada beragam asas, cirri, aspirasi dan program parpol yang memiliki partai
- Adanya kebebasan mendirikan partai sebagai aplikasi dari pelaksanaan hak asasi manusia
Setelah
diadakannya amandemen, UUD 1945 mengalami perubahan. Hasil perubahan terhadap
UUD 1945 setelah di amandemen :
- Pembukaan
- Pasal-pasal: 21 bab, 73 pasal, 170 ayat, 3 pasal peraturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
5. Faktor
Penyebab Munculnya Reformasi
Banyak
hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde Baru,
terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum.
Tekad Orde Baru pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Setelah Orde
Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan, muncul suatu
keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo. Hal
ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde
Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai
Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan
oleh pemerintah Orde Baru.
A. Krisi Politik
Demokrasi yang tidak dilaksanakan
dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan
rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak di pegang oleh
para penguasa. Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa “Kedaulatan adalah
ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”. Pada dasarnya secara de
jore (secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai
wakil-wakil dari rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota
MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu
diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme).
Keadaan
seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada institusi
pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidak percayaan itulah yang menimbulkan munculnya
gerakan reformasi. Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan reformasi total
di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dam MPR yang dipandang sarat dengan
nuansa KKN.
Gerakan reformasi juga menuntut agar
dilakukan pembaharuan terhadap lima paket undang-undang politik yang dianggap
menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya :
·
UU No. 1
Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum
·
UU No. 2
Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR / MPR
·
UU No. 3
Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
·
UU No. 5
Tahun 1985 tentang Referendum
·
UU No. 8
Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.
Perkembangan
ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah menimbulkan ketimpangan ekonomi
yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi oleh kelompok tertentu, konglomerasi,
tidak mempu menghapuskan kemiskinan pada sebagian besar masyarakat Indonesia.
Kondisi dan situasi Politik di tanah air semakin memanas setelah terjadinya
peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996. Peristiwa ini muncul sebagai akibat
terjadinya pertikaian di dalam internal Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Krisis
politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, bukan hanya
menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat menuntut adanya
reformasi baik didalam kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan Indonesia. Di
dalam kehidupan politik, masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah pada
pihak oposisi sangat besar, terutama terlihat pada perlakuan keras terhadap
setiap orang atau kelompok yang menentang atau memberikan kritik terhadap
kebijakan-kebijakan yang diambil atau dilakukan oleh pemerintah. Selain itu,
masyarakat juga menuntut agar di tetapkan tentang pembatasan masa jabatan
Presiden.
Terjadinya ketegangan politik
menjelang pemilihan umum tahun 1997 telah memicu munculnya kerusuhan baru yaitu
konflik antar agama dan etnik yang berbeda. Menjelang akhir kampanye pemilihan
umum tahun 1997, meletus kerusuhan di Banjarmasin yang banyak memakan korban
jiwa.
Pemilihan umum tahun 1997 ditandai
dengan kemenangan Golkar secara mutlak. Golkar yang meraih kemenangan mutlak
memberi dukungan terhadap pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden dalam
Sidang Umum MPR tahun 1998 – 2003. Sedangkan di kalangan masyarakat yang
dimotori oleh para mahasiswa berkembang arus yang sangat kuat untuk menolak
kembali pencalonan Soeharto sebagai Presiden.
Dalam Sidang
Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia
dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul tekanan pada kepemimpinan
Presiden Soeharto yang dating dari para mahasiswa dan kalangan intelektual.
B. Krisi Hukum
Pelaksanaan
hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan. Sejak
munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan mahasiswa, masalah
hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya
reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada
kedudukan atau posisi yang sebenarnya.
C. Krisi Ekonomi
Krisi moneter yang melanda Negara-negara
di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996, juga mempengaruhi perkembangan
perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia ternyata belum mampu untuk menghadapi
krisi global tersebut. Krisi ekonomi Indonesia berawal dari melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Ketika nilai tukar rupiah semakin
melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada iklim
bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami
keterpurukan yaitu dengan dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir tahun 1997.
Sementara itu untuk membantu bank-bank yang bermasalah, pemerintah membentuk
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan
pemerintah ini tidak dapat memberikan hasil, karena pinjaman bank-bank bermasalah
tersebut semakin bertambah besar dan tidak dapat di kembalikan begitu saja.
Krisis
moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan Negara, tetapi juga telah
menghancurkan keuangan nasional.
Memasuki tahun anggaran 1998 / 1999,
krisis moneter telah mempengaruhi aktivitas ekonomi yang lainnya. Kondisi
perekonomian semakin memburuk, karena pada akhir tahun 1997 persedian sembilan
bahan pokok sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini menyebabkan harga-harga
barang naik tidak terkendali. Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda
masyarakat. Untuk mengatasi kesulitan moneter, pemerintah meminta bantuan IMF.
Namun, kucuran dana dari IMF yang sangat di harapkan oleh pemerintah belum
terelisasi, walaupun pada 15 januari 1998 Indonesia telah menandatangani 50
butir kesepakatan (letter of intent atau Lol) dengan IMF.
Faktor lain
yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak terlepas dari
masalah utang luar negeri.
Utang Luar
Negeri Indonesia Utang luar negeri Indonesia menjadi salah satu faktor penyebab
munculnya krisis ekonomi. Namun, utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya
merupakan utang Negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang swasta. Utang yang
menjadi tanggungan Negara hingga 6 februari 1998 mencapai 63,462 miliar dollar
Amerika Serikat, utang pihak swasta mencapai 73,962 miliar dollar Amerika
Serikat.
Akibat dari
utang-utang tersebut maka kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia semakin
menipis. Keadaan seperti ini juga dipengaruhi oleh keadaan perbankan di
Indonesia yang di anggap tidak sehat karena adanya kolusi dan korupsi serta
tingginya kredit macet.
Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945
Pemerintah Orde Baru mempunyai tujuan menjadikan Negara Republik Indonesia
sebagai Negara industri, namun tidak mempertimbangkan kondisi riil di
masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agrasis dan
tingkat pendidikan yang masih rendah.
Sementara
itu, pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah jauh
menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Dalam Pasal 33 UUD 1945
tercantum bahwa dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk
semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Sebaliknya,
sistem ekonomi yang berkembang pada masa pemerintahan Orde Baru adalah sistem ekonomi
kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli,
oligopoly, dan diwarnai dengan korupsi dan kolusi.
Pola Pemerintahan Sentralistis
Sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru bersifat
sentralistis. Di dalam pelaksanaan pola pemerintahan sentralistis ini semua
bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat
pemerintah yakni di Jakarta.
Pelaksanaan
politik sentralisasi yang sangat menyolok terlihat pada bidang ekonomi. Ini
terlihat dari sebagian besar kekayaan dari daerah-daerah diangkut ke pusat. Hal
ini menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah terhadap
pemerintah pusat. Politik sentralisasi ini juga dapat dilihat dari pola
pemberitaan pers yang bersifat Jakarta-sentris, karena pemberitaan yang
berasala dari Jakarta selalu menjadi berita utama. Namun peristiwa yang terjadi
di daerah yang kurang kaitannya dengan kepentingan pusat biasanya kalah
bersaing dengan berita-barita yang terjadi di Jakarta dalam merebut ruang,
halaman, walaupun yang memberitakan itu pers daerah.
D. Krisi Kepercayaan
Demontrasi di lakukan oleh para
mahasiswa bertambah gencar setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM
dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Puncak aksi para mahasiswa terjadi
tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti Jakarta. Aksi mahasiswa yang semula
damai itu berubah menjadi aksi kekerasan setelah tertembaknya empat orang
mahasiswa Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan
Lesmana, dan Hafidhin Royan.
Tragedi
Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan kampus dan
masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang tidak
demokratis dan tidak merakyat.
Soeharto kembali ke Indonesia, namun
tuntutan dari masyarakat agar Presiden Soeharto mengundurkan diri semakin
banyak disampaikan. Rencana kunjungan mahasiswa ke Gedung DPR / MPR untuk
melakukan dialog dengan para pimpinan DPR / MPR akhirnya berubah menjadi mimbar
bebas dan mereka memilih untuk tetap tinggal di gedung wakil rakyat tersebut
sebelum tuntutan reformasi total di penuhinya. Tekanan-tekanan para mahasiswa
lewat demontrasinya agar presiden Soeharto mengundurkan diri akhirnya mendapat
tanggapan dari Harmoko sebagai pimpinan DPR / MPR. Maka pada tanggal 18 Mei
1998 pimpinan DPR/MPR mengeluarkan pernyataan agar Presiden Soeharto
mengundurkan diri.
Presiden Soeharto mengadakan
pertemuan dengan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat di Jakarta. Kemudian
Presiden mengumumkan tentang pembentukan Dewan Reformasi, melakukan perubahan
kabinet, segera melakukan Pemilihan Umum dan tidak bersedia dicalonkan kembali
sebagai Presiden.
Dalam
perkembangannya, upaya pembentukan Dewan Reformasi dan perubahan kabinet tidak
dapat dilakukan. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan
mengundurkan diri/berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia dan menyerahkan
Jabatan Presiden kepada Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie dan
langsung diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai Presiden Republik
Indonesia yang baru di Istana Negara.
6. Kronologi
Lahirnya Reformasi
1) Keberanian Amin Rais membongkar kebobrokan sistem
pengelolaan PT Freeport
2) Peristiwa 27 Juli 1996 (KUDATULI) yaitu penyerbuan
kantor PDI yang ditempati Megawati oleh PDI pro-Suryadi
3) Terpilihnya kembali Bpk Soeharto sebagai presiden
pada bulan Maret 1998
4) Terjadinya demonstrasi besar-besaran mahasiswa di
Tri Sakti pada 12 Mei 1998
5) Terjadinya Kerusuhan di Jakarta pada 13 dan 14 Mei
1998 yang berakibat makin Terpuruknya perekonomian Indonesia.
6) Didudukinya gedung DPR / MPR oleh para mahasiswa
pada 19 Mei 1998
7) Pada 20 Mei 1998 Presiden Soeharto memanggil para
tokoh nasional, guna membentuk kabinet reformasi tetapi ditolak
8) Presiden Soeharto meletakkan jabatannya pada 21 Mei
1998 di Istana Negara dan digantikan oleh B.J Habiebie
7.
PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI PADA MASA
REFORMASI
A. Munculnya Gerakan Reformasi
Reformasi
merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama dengan tatanan
perikehidupan yang baru dan secara hukum menuju ke arah perbaikan. Gerakan
reformasi, pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan untuk mengadakan pembaharuan
dan perubahan, terutama perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan
hukum.
Buah
perjuangan dari reformasi itu tidak dapat dipetik dalam waktu yang singkat,
namun membutuhkan proses dan waktu. Masalah yang sangat mendesak, adalah upaya
untuk mengatasi kesulitan masyarakat banyak tentang masalah kebutuhan pokok
(sembako) dengan harga yang terjangkau oleh rakyat.
Sementara itu, melihat situasi politik dan kondisi
ekonomi Indonesia yang semakin tidak terkendali, rakyat menjadi semakin kritis
menyatakan pemerintah Orde Baru tidak berhasil menciptakan kehidupan masyarakat
yang makmur, adil, dan sejahtera. Oleh karena itu, munculnya gerakan reformasi
bertujuan untuk memperbaharui tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Beberapa agenda reformasi yang disuarakan para mahasiswa anatara lain sebagai berikut :
·
Adili
Soeharto dan kroni-kroninya.
·
Amandemen
UUD 1945
·
Penghapusan
Dwi Fungsi ABRI
·
Otonomi
daerah yang seluas-luasnya
·
Supremasi
hukum
·
Pemerintahan
yang berisi dari KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).
B.
Kronologi
Reformasi
Pada
awal bulan Maret 1998 melalui Sidang Umum MPR, Soeharto terpilih kembali
menjadi Presiden Republik Indonesia, serta melaksanakan pelantikan Kabinet
Pembangunan VII. Namun pada saat itu semakin tidak kunjung membaik.
Perekonomian mengalami kemerosotan dan masalah sosial semakin menumpuk. Kondisi
dan siutasi seperti ini mengundang keprihatinan rakyat.
Mamasuki
bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelar
demostrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut turunya Soeharto dari kursi
kepresidenannya.
Pada tanggal
12 Mei 1998 dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti, terjadi
bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan tertembaknya empat mahasiswa
hingga tewas.
Pada tanggal
19 Mei 1998 puluhan ribu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta
dan sekitarnya berhasil menduduki Gedung DPR/MPR. Pada tanggal itu pula di
Yogyakarta terjadi peristiwa bersejarah. Kurang lebih sejuta umat manusia berkumpul
di alun-alun utara kraton Yogyakarta untuk mndengarkan maklumat dari Sri Sultan
Hamengku Bowono X dan Sri Paku Alam VII. Inti isi dari maklumat itu adalah
menganjurkan kepada seluruh masyarakat untuk menggalang persatuan dan kesatuan
bangsa.
Pada tanggal
20 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa Indonesia untuk
dimintai pertimbangannya membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh
Presiden Soeharto, namun mengalami kegagalan.
Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 WIB bertempat di
Istana Negara, Presiden Soeharti meletakkan jabatannya sebagai presiden di
hadapan ketua dan beberapa anggota dari Mahkamah Agung. Presiden menunjuk Wakil
Presiden B.J. Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden, serta
pelantikannya dilakukan didepan Ketua Mahkamah Agung dan para anggotanya. Maka
sejak saat itu, Presiden Republik Indonesia dijabat oleh B.J. Habibie sebagai
presiden yang ke-3.
8. Sistem Pemerintahan pada Masa
Orde Reformasi
Sistem pemerintahan masa orde
reformasi dapat dilihat dari aktivitas kenegaraan sebagai berikut:
- Kebijakan pemerintah yang memberi ruang gerak yang lebih luas terhadap hak-hak untuk mengeluarkan pendapat dan pikiran baik lisan atau tulisan sesuai pasal 28 UUd 1945 dapat terwujud dengan dikeluarkannya UU No 2 / 1999 tentang partai politik yang memungkinkan multi partai
- Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersuh dan berwibawa serta bertanggung jawab dibuktikan dengan dikeluarkan ketetapan MPR No IX / MPR / 1998 yang ditindak lanjuti dengan UU no 30/2002 tentang KOMISI pemberantasan tindak pidana korupsi.
- Lembaga MPR sudah berani mengambil langkah-langkah politis melaui siding tahunan dengan menuntuk adanya laporan pertanggung jawaban tugas lembaga negara , UUD 1945 di amandemen, pimpinan MPR dan DPR dipisahkan jabatannya, berani memecat presiden dalam sidang istimewanya.
- Dengan Amandemen UUD 1945 masa jabatan presiden paling banyak dua kali masa jabatan, presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat mulai dari pemilu 2000 dan yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pertama pilihan langsung rakyat adalah Soesilo Bambang Yodoyono dan Yoesuf Kala, MPR tidak lagi lembaga tertinggi negara melainkan lembaga negara yang kedudukannya sama dengan presiden , MA , BPK, kedaulatan rakyat tidak lagi ditangan MPR melainkan menurut UUD.
Di dalam
amandemen UUD 1945 ada penegasan tentang sisten pemerintahan presidensial tetap
dipertahankan dan bahkan diperkuat. Dengan mekanisme pemilihan presiden dan
wakil presiden secara langsung.